FAHAD sebagai filter air, sangat handal dalam mengatasi masalah sumber air yg kotor, berkadar besi & mangan yg tinggi, serta berbau, menjadi air bersih yang jernih dan tidak berbau dalam waktu singkat.
Penjernih air FAHAD dapat menghasilkan air sesuai standar air bersih, dan kualitas air hasil dari alat penyaring air ini telah terbukti dan teruji melalui Dinas Kesehatan Kota Bandung "UPTD Sarana Penunjang Diagnostik" No.Lab : 100/XII/Kim-AM/04
Instalasi alat penjernih air FAHAD tidak memerlukan perawatan rutin khusus seperti kuras filter atau back wash filter, sehingga tidak perlu membuang banyak air hanya untuk menguras filter air unik ini. Oleh karena itu cadangan air tanah dapat dihemat, maka filter air FAHAD sangat ramah lingkungan.
FAHAD menjamin air yang dihasilkan akan langsung jernih, bersih, dan bebas bau, dengan memberikan garansi selama 1 tahun.
ASAL USUL FILTER AIR FAHAD
Jika para ilmuwan menemukan suatu karya cipta melalui proses penelitian yang panjang dan melelahkan serta menghabiskan biaya besar, H. Ali Dinar justru mampu menciptakan alat penjernih air berawal dari mimpi. Lewat mimpilah akhirnya muncul filter air unik yang lain daripada yang lain dan dinamai FAHAD yaitu singkatan dari Filter Air Haji Ali Dinar, sesuai nama penemunya. Suatu mimpi yang menjadi kenyataan yang patut diapresiasi.
Cerita bermula pada tahun 2002 ketika keluarga H. Ali Dinar di Bandung mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Untuk mengatasinya mereka lalu membeli mesin penjernih air produksi luar negeri sampai tiga kali, namun air hasil penyaringan dari filter tersebut tetap tidak mampu menjernihkan air yang disedot dari tanah disamping rumah mereka. Kenyataan ini membuat Hj. Dedeh istri dari H. Ali Dinar kecewa berat dan memaksa untuk membeli alat penjernih air yang berharga Rp 8 juta. H. Ali tidak setuju lalu keributan terjadi dan akhirnya suami istri ini pisah ranjang.
Dalam kondisi inilah pada suatu malam H. Dedeh bermimpi didatangi sosok orang tua yang menyuruhnya membuat penyaring air dari bahan ijuk, pasir, batu kerikil, dan abu. Mimpi itu langsung disampaikan ke suaminya. Berbekal “wangsit” lewat mimpi istrinya itulah H. Ali Dinar lantas mulai membuat filter. Semua media filternya diambil dari sekitar rumahnya, di tepi Sungai Cipamokolan Bandung. Setelah berkali-kali dicoba dan gagal, akhirnya ia temukan model filter baru. Air olahannya jernih meskipun pada awalnya keruh dan abunya ikut terbawa air. Setelah dicoba terus muncullah filter air seperti yang dikenal sekarang.
Setelah berlangsung setahun, FAHAD sempat mengolah air banjir Jakarta dan Tangerang. Berduyun-duyunlah warga korban banjir antri untuk memperoleh air olahan FAHAD. Sebelumnya tim relawan juga sudah ke Porong, Sidoarjo untuk mengolah air di daerah bencana lumpur Lapindo.
Satu apresiasi patut diberikan kepada orang yang SD pun tidak tamat. Hanya berbekal mimpi dan coba-coba akhirnya terciptalah filter penjernih air yang telah memberikan kontribusi solusi air minum, khususnya bagi masyarakat yang tidak memiliki akses air PDAM dan air tanahnya berbau lantaran dahulunya ratusan tahun yang lalu tanahnya berupa rawa (ranca).